Legenda Puyang Kubu (Manusia Raksasa Sumatera)

                Puyang Kubu adalah sosok yang berukuran besar dipercaya merupakan puyang / nenek moyangnya suku kubu yang ada di Sumatera.

                Adapun legenda-legenda yang terkait tingkah laku puyang kubu adalah ketika ia lewat, maka akan ditandai dengan angin kencang, bahkan merobohkan beberapa rumah penduduk. Bahkan tak jarang juga kayu-kayu di hutan tempat ia lewat, kayu tersebut akan roboh dan membentuk sebuah alur, atau bekas jalan sesosok makhluk besar yang telah lewat.

                Kesaksian seorang warga Desa Tanjung Bunut, Muara Enim (SUMSEL) Mat Goni, Alm. menceritakan bahwa ia pernah bertemu dengan Puyang Kubu. Bentuknya besar dan tingginya kurang lebih 1O meter dan mempunyai kancing baju sebesar Piring makan. Pada saat itu Mat Goni sedang berada di Ladang, dan terlihatlah sesosok makhluk besar, kemudian menghampirinya. Terjadi percakapan antara Puyang Kubu dan Mat Goni, namun tidak lama puyang kubu berkata bahwa ia tidak bisa berlama-lama dan harus cepat pergi. Mat Goni mengharapkan puyang kubu untuk singgah sebentar, namun tiba-tiba puyang kubu langsung pergi dengan kecepatan seperti angin kencang. (wawancara dengan Dapsena, Petua desa Sialingan, Muara Enim).

                Kesaksian lain pernah juga disaksikan oleh warga Desa Sialingan, Muara Enim puluhan tahun silam, bahwa di sebelah utara desa Sialingan pernah ada telapak manusia berukuran besar dengan panjang kurang lebih 75 cm atau sebesar alat untuk menampi beras. Kejadian ini sempat menghebohkan warga Sialingan, namun warga sudah mengetahui bahwa itu adalah telapak Puyang Kubu. Konon,  Ladang siapa pun yang diinjak oleh Puyang Kubu, maka dipercaya akan mendapatkan keberkatan tanah, dan apapun yang ditanam di tanah itu akan menjadi baik dan hasilnya akan  berlimpah ruah.(Wawancara dengan Sobri/ Ketua Adat Desa Sialingan).

                Telapak serupa juga ditemukan di dekat Desa Kayu Ara, Rambang Kuang Ogan Ilir. Ukurannya sama dan warga setempat juga percaya bahwa telapak itu merupakan telapak Puyang Kubu. Kalau dihitung secara matematis, maka jarak antara satu telapak dengan telapak lainnya kurang lebih mencapai 6 kilometer.

                Seiringnya cerita sampai saat ini warga desa Setempat yang pernah dilewati Puyang kubu percaya bahwa Puyang Kubu akan lewat setiap tahunnya. Ditandai dengan adanya angin kencang, dan banyak kayu-kayu yang roboh. Namun, sejauh ini juga, dan diakhir-akhir ini telapak tersebut tidak pernah ditemukan lagi. Namun, warga masih percaya bahwa puyang kubu masih hidup hingga saat ini.